SantaiGirlrBornAvatar border
TS
SantaiGirlrBorn
Sistem Kekerabatan Terbuka pada Orang Jawa dan Implikasinya
Misal bila kita bandingkan dengan sistem kekerabatan orang Batak yg erat dengan sistem marga, di mana mereka juga sering melakukan kegiatan kumpul keluarga besar dengan melakukan ritual adat tertentu. Dari perbandingan ini mungkin dapat dilihat lebih jelas tentang apa yg saya maksud dengan sistem kekerabatan terbuka orang Jawa.

Faktor lain yg akan dibahas di sini adalah peran pulau Jawa sebagai pusat kegiatan ekonomi semenjak jaman kolonial Belanda. Awalnya VOC yg datang ke nusantara mendapati spot paling strategisnya, yakni selat Malaka telah dikuasai oleh Portugis, akhirnya VOC memutuskan pantai utara Jawa (barat) untuk dijadikan pusat kegiatan perdagangan niaga mereka.

Sebagai pusat ekonomi baru, Jawa menjadi menarik bagi orang-orang dari luar jawa untuk mengadu peruntungan mencari rejeki. Entah apakah pelarian politis ataupun hanya sekedar mereka yg menginginkan peningkatan kehidupan dan melihat oportunitas ini ada di Jawa sebagai pusat kegiatan Belanda. Intinya ketika ada orang yg telah cukup lama tinggal di Jawa dan bisa berbahasa jawa, dan ketika ada yg bertanya yg bersangkutan orang mana? Maka, entah karena faktor ketakutan dianggap orang asing atau apakah mereka hanya melihat peluang lebih mudah meningkatkan kesejahteraan ekonomi ketika mengaku sebagai orang jawa, saat ada yg menanyakan perihal identitas suku, para pendatang ini barangkali cenderung mengaku diri mereka sebagai orang Jawa.

Ambil contoh lagi dengan orang Madura yg bermukim di Jawa timur, saat ditanya apakah mereka orang Madura, mereka cenderung menjawab: "Bukan mas, saya orang Jember." (atau mereka menyebut sebuat kota/daerah lainnya di Jawa timur) Padahal dari logatnya sudah jelas-jelas Madura. Ini sebagai contoh saja, walau juga agak lucu. Ini contoh tentang mereka yg hanya cukup mengaku sebagai orang jawa, atau menyebut daerah spesifik di Jawa, dan tak ada orang yg mampu membuktikan sebaliknya bahwa sebenarnya mereka bukan orang Jawa, melainkan sekedar pendatang. Faktor utamanya, karena orang Jawa tidak mengenal sistem marga, kecuali bagi kaum ningratnya.

Selain orang Madura, masih banyak lagi suku bangsa lain yg berasimilasi sebagai orang Jawa. Cara yg paling ampuh tentu saja melalui perkimpoian. Tapi apa motif utama mereka melakukan ini? Kembali lagi karena faktor ekonomi, dan saya rasa ini satu-satunya faktor. Atau setidaknya faktor utama yg paling dominan. Selain suku Madura, juga orang Cina yg tercatat paling sering melakukan perkimpoian silang seperti ini. Ada juga orang Arab, Persia, Portugis, India, Belanda.

Faktanya pusat finansial Indonesia memang ada di Jawa. Jakarta yg konon kapasitas perputaran uangnya mencapai 80% dari total semua lalu-lintas finansial di seluruh nusantara. Pusat finansial kedua adalah Surabaya, diikuti oleh Medan dan Bandung. Di Jawa tengah sendiri ada sebuah pelabuhan besar, Tanjung Emas, tapi fungsinya lebih sekedar sebagai tempat transit. Sementara pabrik-pabrik produksi utama di negara ini juga terpusat di sekitar pusat-pusat finansial tadi. Padahal sebagian besar bahan baku industri didatangkan dari luar pulau Jawa. Dikapalkan ke Jawa, masuk melalui pelabuhan-pelabuhan besar seperti Tanjung Perak dan Tanjung Priok. Lalu disalurkan ke daerah komplex perindustrian yg masif. Dan karena daerah industri menarik tenaga kerja, automatis di dekatnya juga tumbuh industri sampingan dalam rupa industri jasa dan hiburan.

Selain tentu saja doktrin-doktrin yg tidak jelas asalnya darimana, semacam "banyak anak banyak rejeki", faktor kekerabatan terbuka ini adalah penyumbang berikutnya, sebagai faktor pertumbuhan penduduk yg pesat pada suku bangsa Jawa. Lalu apa implikasi pertumbuhan populasi yg tinggi ini? Tentu ada faktor kesenjangan ekonomi yg semakin kentara. Orang jawa asli seolah termarginalkan dan tersisih di tanah mereka sendiri. Misal, saya rasa fenomena perempuan tua yg hidup sebatang kara dan juga tunawisma (atau punya rumah dari kayu triplek dalam ukuran kecil yg menumpang di lahan terbuka/perkampungan kumuh) hanya ada di pulau Jawa. Dan saya rasa ini fenomena yg sangat memprihatinkan. Mereka biasanya pergi ke pasar lokal dan menyapu sisa-sisa beras yg jatuh pada saat proses pemindahan karung beras dari truk angkut ke gudang penyimpanan. Lalu mereka jual beras jatuh tadi dan ditukan dengan nasi aking.

Implikasi lain dari hiperindustrialisasi pulau Jawa ini adalah kemunduran kondisi alam dan pencemaran lingkungan. Apakah saya menawarkan solusi? Ya, dan solusinya jelas adalah DESENTRALISASI ekonomi. Pulau Jawa sudah sangat terbebani secara ekosistem dan secara sosial. Masih ingat kasus ledakan populasi ulat bulu dan tomcat akibat ketimpangan ekosistem alami? Faktor urbanisasi dan investasi yg tidak mengindahkan keseimbangan lingkungan dan sosial ini sudah sangat memprihatinkan bagi saya. Dan yg lebih memprihatinkan lagi, seolah tidak ada pihak yg peduli dengan isu ini.

Menjadi pusat kegiatan ekonomi tentu dianggap menyenangkan bagi sebagian orang, tapi tidak bagi sebagian lain yg justru menjadi obyek penderita (sarkastik) dari proses yg konon pembangunan dan kemajuan ekonomi ini. Kemajuan ekonomi menjadi absurd ketika ketimpangan justru semakin vulgar. Kemajuan ekonomi juga menjadi sebuah lelucon bila harganya adalah kerusakan lingkungan yg dieksploitasi demi kepentingan orang-orang serakah. Dan bahkan manusianya juga ikut dieksploitasi demi kepentingan segelintir manipulator ekonomis-politis.

Tapi ada langkah pertama menuju desetralisasi ekonomi? Mungkin ada banyak cara, salah satunya dengan membangun pelabuhan-pelabuhan besar di luar pulau Jawa. Tapi kaum kapitalis tentu tidak akan menyukai desentralisasi ini. Pertama, ini akan menyedot budget pengadaan infrastruktur tambahan. Dan desentralisasi juga menyulitkan kontrol mereka terhadap kegiatan produksi, ditambah semua faktor sosial budaya yg menghambat. Belum lagi semakin susahnya untuk menyuap para aktivis lingkungan dan organisasi buruh lokal. emoticon-Wink

Tapi percayalah, orang Jawa lebih banyak merugi dibanding memperoleh keuntungan dari kegiatan industrialisasi membabi buta yg terjadi di pulau Jawa. Saya sudah mengutarakan pendapat saya, entah bagaimana menurut anda? Di akhir kata saya ingin mengucapkan: waspadalah terhadap para agen disinfo oportunis. Waspadalah waswasllah emoticon-Wink
0
5.4K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan