Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ofal17Avatar border
TS
ofal17
Mantan Teroris Bisnis Rumah Makan ~ AK-47 Diganti Steak
Bisakah orang yang pernah terlibat kelompok teroris berbaur kembali dengan masyarakat? Memang tidak mudah, tetapi bisa. Salah satu caranya seperti yang dilakukan Noor Huda Ismail.


Ada dua tempat makan di Kota Semarang, Jawa Tengah, yang boleh dibilang unik. Warung itu ada di kawasan Jalan Tembalang dan Kusumawardhani. Bukan karena menunya, namun warung tersebut dikelola mantan terpidana kasus terorisme. Rumah makan di kawasan Kusumawardhani berwujud bangunan dua lantai, ukuran sekitar 8x8 meter. Lokasinya dekat kampus lama Universitas Diponegoro (Undip). Menu andalannya steak meski menyediakan menu lain yang disukai anak muda. Adalah alumni Pondok Pesantren Al-Makmun, Ngruki, Sukoharjo --didirikan Abubakar Ba’asyir-- Noor Huda Ismail yang menjadi penggagas rumah makan dua lantai itu.

Dia mendampingi 10 mantan narapidana terorisme untuk dapat kembali ke tengah masyarakat melalui bisnis rumah makan. Banyak cerita terkait rumah makan itu. “Pernah ada telepon dari polisi, sehingga Yusuf Adirama (mantan napi terorisme yang divonis 10 tahun) kebingungan. Pas saya terima ternyata polisi itu memesan 10 boks makanan,” kata Noor Huda kepada Tribun Jogja (group BPost), kemarin. Diungkapkan Noor Huda yang juga menjadi pengamat terorisme itu, pada 2009, dia didatangi tiga orang mantan napi kasus terorisme, termasuk Yusuf. Mereka mengatakan ingin memperbaiki dan mengubah cara hidup setelah keluar dari penjara. Berharap agar mereka bisa total meninggalkan ‘dunia teror’, Noor Huda pun berupaya mencarikan jalan keluar.

Ada tiga usaha yang mereka lakukan: rumah makan, sablon dan tembak ikan. Uniknya nama usaha sablon itu adalah AK-47 (jenis senjata api yang kerap digunakan kelompok teroris di Indonesia). “Sayang, lama-lama usaha sablonnya tutup. Juga tambak ikan. Bahkan, pengelola tambak ikan yakni Sri Puji kembali bergabung dengan kelompoknya setelah ditelepon Abu Thalut. Yang berhasil ya Yusuf yang mengelola warung makan. Padahal dulu dia pendiam , " ucapnya

Benar, Yusuf yang dulu tertutup kini kian terbuka cara pandangnya seiring makin luas pergaulannya. Maklum saja, tiap hari dia berinteraksi dengan banyak orang yang datang ke restoran tersebut. Bahkan, Yusuf mampu mengajak sejumlah mantan kombatan eks pelatihan Aceh, Poso hingga Moro (Filipina) untuk bergabung. “Padahal godaan yang diterima Yusuf dan lainnya cukup banyak. Ada yang diminta melatih di Aceh, hingga setiap ada teror selalu diinterogasi polisi,” katanya. Menurut Huda, interaksi sosial para mantan napi kasus terorisme itu sangat penting.

“Posisi mereka itu sebenarnya terjepit saat keluar penjara. Di kelompoknya dianggap telah ternoda dan di masyarakat sudah ada stigma teroris. Karena itu ada perlu ada orang atau lembaga yang terus mendampingi mereka,” ucap Noor Huda yang mendirikan Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) guna mendampingi orang-orang yang terstigma sebagai teroris. Usaha warung makan tersebut menarik perhatian banyak kalangan baik di dalam maupun luar negeri. Bahkan, mereka pernah diundang perusahaan internet besar di dunia, Google untuk sharing pertobatan para teroris.

Ke depan, Noor Huda akan membentuk perusahaan yang bisa memayungi sejumlah unit usaha. Setelah warung makan, dia berencana membikin pabrik roti. “Jadi kami memerangi teroris menggunakan alat masak. AK-47 diganti spatula (sendok besar dan panjang). Sesuai hukum kekekalan energi instein, energi tidak bisa hilang tapi dialihkan,” ucap dia. (bbb)

SUMBER : Koran Banjarmasin Post

Quote:


emoticon-CoolSEMOGA BERMANFAAT emoticon-Cool

0
3.7K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan