citoxAvatar border
TS
citox
[Terkait Ngruki] PBNU: Pesantren Radikal Melahirkan Teroris
PBNU: Pesantren Radikal Melahirkan Teroris
Penulis : Kiki Budi Hartawan | Rabu, 5 September 2012 | 00:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketua Umum PBNU) KH Said Aqil Siradj mengatakan, pondok pesantren dengan ajaran radikal ikut melahirkan teroris dan mencoreng umat Islam. "Kalau namanya teroris sudah pasti merugikan dan mencoreng umat Islam, dan tidak mati syahid. Pesantren radikal itu bukan teroris, melainkan melahirkan teroris," ungkapnya saat diskusi bertema isu-isu nasional, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (4/9/2012).

Said menjelaskan bahwa ajaran Wahabi juga bukan teroris. "Tapi kalau yang belajarnya setengah-setengah dan tidak paham, dia bisa menjadi seorang teroris," ungkapnya.

Saat disinggung mengenai kedatangan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Said menilai tidak ada masalah jika bertujuan baik bagi bangsa dan negara. "Mari, silakan saja. Tapi kalau punya tujuan lain, jangan. Lagi pula, Indonesia itu sudah solid," katanya.

SUMBER

Tiga Tersangka Teroris Mantan Siswa Ngruki
Penulis : Ferry Santoso | Rabu, 5 September 2012 | 12:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Tiga dari empat tersangka yang ditembak atau ditangkap polisi antiteror adalah mantan siswa Pondok Pesantren Ngruki, Solo, Jawa Tengah. Ketiga tersangka itu adalah Farhan (tewas), Mukhsin (tewas), dan Firman yang baru ditangkap di Depok, Rabu pagi (5/9/2012).

Hal itu diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di Jakarta, Rabu (5/9/2012). "Mukhsin, Firman, dan Farhan, merupakan teman seangkatan yang berasal dari pondok pesantren Ngruki," kata Boy Rafli. Satu tersangka lagi yang ditangkap Bayu bukan alumni Ngruki.

Boy menjelaskan, peran Firman dalam aksi penembakan terhadap polisi tanggal 17 dan 30 Agustus di Solo yang dilakukan Farhan adalah membonceng Farhan. Peran Mukhsin dan Bayu dalam aksi penembakan itu adalah melakukan pengamatan atau survei.

SUMBER

Kedua Terduga Teroris Nunggak Biaya Pesantren
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata | Senin, 3 September 2012 |

SUKOHARJO, KOMPAS.com -- Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, mengakui apabila Farhan Mujahid dan Muchsin Tsani adalah alumni Pondok pesantren yang pernah dibesarkan oleh ustad Abu Bakar Baasyir. Namun, kedua terduga teroris tersebut yang tewas ditangan Densus 88 saat penggrebekan di Jalan Veteran,Solo,Jawa Tengah, Jumat (31/8/2012), mempunyai sejarah berbeda.

Direktur Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Wahyuddin membeberkan catatan akademik kedua tersangka terduga teroris yang ada di pesantrennya. Farhan Mujahid adalah remaja kelahiran 14 November 1993, di Nunukan, Kalimantan dengan ayah bernama Muh Aris. Saat masuk ke Ponpes Al-Mukmin, Ngruki, Farhan menggunakan ijazah SD dari sebuah SD swasta di Pulai Sebatik, Kalimantan.

Farhan masuk ke Ponpes al-Mukmin, Ngruki tahun 2005 dan menempuh pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah (MTs setingkat SMP) di Ngruki hingga 2008. Ekonomi keluarga Farhan mengalami kesulitan setelah ayahnya bernama M Aris, meninggal, lalu dia dikabarkan menjadi anak tiri dari Abu Omar.

Permasalahan ekonomi yang mendera keluarga Farhan, mengakibatkan dia tidak bisa melunasi biaya adminitrasi di pondok. Wahyuddin mengatakan, tidak ada pengajuan untuk meminta keringanan dari keluarga Farhan, karena sebenarnya pondok memiliki fasilitas untuk jalur khusus bagi keluarga tidak mampu.

"Dulu, seharusnya dia masuk dengan jalur khusus untuk keluarga tidak mampu, sehingga akan diusahakan sebagai anak asuh," kata Wahyuddin.

Sementara itu, Muchsin Tsani tercatat sebagai anak seorang bernama Muslimin di Jalan Batu Ampar, Keramatjati, Jaktim. Dia lulusan SMPN 126 Jakarta lalu masuk Kuliyyatul Mu'alimin Al-Islamiyyah (KMA) (sekolah khusus agama setingkat SLTA) di Ngruki. Peraturan pondok, Muchsin diwajibkan mengikuti pendidikan takhassus (persiapan) selama setahun.

"Ijazah kedua orang tersebut, Farhan dan Muschin masih berada di pondok. Muchsin masih memiliki tanggungan administrasi hampir 12 juta. Dia juga belum mengikuti program dakwah selama setahun setelah lulus KMA. Oleh sebab itu, kedua siswa tersebut kami sebut sebagai jebolan, bukan lulusan," kata Wahyudin.

Sementara itu, tentang Bayu Setiono yang tertangkap hidup di Gondangrejo, Karanganyar,Jawa Tengah, Wahyuddin menegaskan Bayu bukan alumni a Al-Mukmin Ngruki. Wahyuddin mengaku tidak mengetahui orang tersebut.

SUMBER

Ane tidak heran dengan berita ini, segala sesuatu yang berbau ABB selalu terkait terorisme. emoticon-Malu
Polling
0 suara
Jebolan Pesantren Ngruki kebanyakan menjadi teroris, karena:
0
7.9K
85
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan