satriapinanditaAvatar border
TS
satriapinandita
Kembali ke Puncak Slamet
Akhirnya rangkaian semester ganjil selesai juga. Libur kali ini cukup panjang jika dibandingkan liburan semester ganjil tahun sebelumnya. Beberapa teman sudah merencanakan liburan ke berbagai tempat wisata, baik dalam maupun luar negeri. Dulu saya sempat heran dengan teman-teman saya yang tiap berlibur selalu ke luar negeri. Kalau mau wisata belanja mungkin saya akan lebih memilih jalan-jalan ke sentra-sentra industri yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Tapi mungkin mereka juga heran melihat saya yang setiap ada libur pajang berarti naik gunung. Jadi, saya coba berkompromi dengan memaklumi hedonisme mereka yang mungkin kongenital.

Ok, langsung ke topik. Seperti saya sebutkan tadi, bagi saya libur panjang berarti naik gunung. Dan untuk liburan panjang kali ini, destinasi pertama saya adalah gunung slamet. Tanggal 17 januari saya berangkat bersama dua teman saya, Mr. Didin dan Bro. Zadri yang belum pernah mendaki gunung tertinggi di jawa tengah dan tertinggi kedua di pulau Jawa ini. Bagi saya sendiri, misi kali ini adalah misi balas dendam setelah pada pendakian sebelumnya saya pulang tanpa membawa foto selembarpun meskipun telah berlelah-lelah mendaki. Bahkan pada pendakian pertama itu saya tidak melihat apapun selain kabut tebal meskipun sudah 3 Jam menghirup asap belerang dipuncak gunung yang saat itu berstatus siaga.

Sebagai misi balas dendam, maka jalur pendakian yang saya pilih tentunya jalur pendakian yang saya gunakan sebelumnya yaitu jalur Baturraden. Jalur ini sebenarnya bukan jalur pendakian yang umum dipakai, bahkan tidak banyak orang yang tahu ada jalur pendakian gunung slamet yang melewati lokawisata baturraden. Jalur yang umum dipakai adalah jalur bambangan-purbalingga. Selain dua jalur yang sudah saya sebutkan, ada lagi jalur pendakian lain yaitu jalur gambuhan-Tegal dan jalur Guci.

Perjalanan kami mulai dengan naik bus jurusan Bandung-Purwokerto dari Cileunyi sekitar jam 9 malam. Selama perjalanan, kami bertiga lebih banyak diam. Selain karena memang kami tidak memilih tempat duduk yang sama, juga karena kami ingin menghemat energi karena menurut pendaki yang sudah mencoba semua jalur pendakian gunung slamet, jalur ini adalah jalur yang paling berat. Bagi saya sendiri, jalur pendakian gunung slamet ini adalah jalur pendakian yang paling berat jika dibandingkan semua gunung yang pernah saya daki (yang memang belum banyak).
Spoiler for baru berangkat:

18 Januari 2012
Sekitar pukul setengah empat, bus memasuki terminal purwokerto. Terminal purwokerto adalah terminal yang cukup besar dan merupakan tempat transit berbagai jalur angkutan umum. Dari bus jurusan Jakarta, Wonosobo, Cilacap, sampai Surabaya transit di terminal kebanggaan warga Purwokerto ini. Meskipun termasuk terminal yang cukup sibuk jalurnya, terminal ini bisa dibilang cukup rapi, bersih dan tidak terkesan penuh.

Sesampainya di terminal, tempat yang pertama kami tuju adalah masjid yang terletak di sisi timur terminal. Di masjid, sambil menunggu shubuh kami membersihkan diri sekedarnya dan makan kue molen yang semalam sempat kami beli di jatinangor sebelum berangkat. Di Masjid ini juga saya bertanya kepada bapak-bapak yang bertugas menjaga penitipan barang tentang jalur angkutan yang bisa kami gunakan menuju lokawisata baturraden. Dari beliau saya tahu, kalau dari terminal ini hanya ada satu jenis angkutan yang menuju lokawisata baturraden yaitu angkutan pariwisata yang berwarna hijau kekuningan.

Beres shalat shubuh, kami segera ke bagian depan terminal untuk mencari angkutan pariwisata yang dimaksud oleh bapak di Masjid. Menurut beberapa tukang ojek yang ada di ruang tunggu terminal, angkutan yang dimaksud baru beroperasi mulai pukul enam atau sekitar satu setengah jam lagi. Tapi saya tidak begitu saja percaya, karena bisa saja itu cuma trik si tukang ojek agar kami menggunakan jasanya. Saya segera berputar keliling terminal untuk mencari angkot yang di maksud. Begitu ketemu, saya segera bertanya pada sopirnya. Ternyata angkot akan berangkat sepuluh menit lagi. Langsung saja saya panggil kedua rekan saya yang masih menunggu di ruang tunggu terminal untuk segera menaikkan barang bawaan. Singkatnya, berangkaaaaaaaaaat…

Perjalanan dengan angkot sampai lokawisata baturraden sekitar satu setengah jam. Dan selama itu, berganti-ganti penumpang angkot ternyata hanya kami bertiga yang kaum batangan. Saya sempat berfikir, jangan-jangan ini angkot khusus perempuan. Tapi ternyata sebelum sampai lokawisata ada seorang laki-laki yang naik, meskipun masih bocah SMP. Setidaknya menghapus kecurigaan saya kalau ada angkot khusus perempuan.

Jam di ponsel menunjukkan pukul setengah tujuh ketika angkot berhenti di depan gerbang lokawisata baturraden. Setelah foto-foto sebentar, kami bertiga berjalan keatas menuju warung yang terletak di belakang tempat parkir kendaraan. Setelah selesai sarapan dan membeli bekal untuk makan siang, kami segera bersiap memulai perjalanan.

Spoiler for gambar 1:
0
5.2K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan