Joko_ChenAvatar border
TS
Joko_Chen
[Wawancara] Mengenal lebih jauh "kejeniusan" Nayato Fio Nuala
Saat ini, nama Nayato Fio Nuala beredar sebagai sutradara paling produktif di industri film nasional. Tahun 2011 ini, terhitung hingga bulan September, sudah ada sembilan film yang dirilis atas namanya. Tahun sebelumnya, ada tiga belas. Sepanjang kariernya sejak 2003, Nayato sudah memproduksi 50 film: 25 film atas nama Nayato, 15 film Koya Pagayo, 5 film Ian Jacobs, 3 film Chiska Doppert, dan 2 film Pingkan Utari. Produktivitas Nayato jadi kian impresif apabila kita turut memperhitungkan prestasi film-filmnya di box office. Sejauh ini, belum ada film Nayato yang gagal di peredaran. Semuanya balik modal (bahkan untung), dengan rata-rata 300 sampai 500 ribu penonton per film, karena dia mampu menekan biaya serendah mungkin dengan sistem produksinya.

Tahun 2006 silam, nama Nayato dikenal publik via kontroversi Ekskul. Film tersebut didapuk sebagai film terbaik di Festival Film Indonesia. Namun, sejumlah pihak tidak puas dan protes terhadap kemenangan Ekskul. Pasalnya, Nayato ditenggarai menggunakan scoring dari sejumlah film asing tanpa izin. Kejadian tersebut konon membuat Nayato memilih untuk menjauh dari perhatian pers dan publik. Namanya menjadi semacam misteri dalam perfilman Indonesia, mengingat sedikit sekali informasi tentangnya di media.

Pada 17 Agustus 2011, redaksi FI mendapat kesempatan mengunjungi Nayato saat syuting Keranda Kuntilanak, yang mulai tayang di bioskop tanggal 22 September. Suatu kesempatan yang tak pernah diberikan kepada pers bahkan produser filmnya. Lokasinya di sebuah villa berhalaman luas di bilangan Bogor. Terhitung ada 13 kru di lokasi syuting, ditambah dengan tiga pemeran. Ketika kami datang, mereka sedang syuting sebuah adegan mencekam, di mana salah seorang karakter mendadak hilang. Mereka mengambil gambar di sebuah ruang kosong di bawah tangga, yang ditata ulang sehingga terlihat seperti kamar tidur. Ada satu kamera dan dua lampu. Nayato berdiri di depan monitor, mengecek apakah gambar yang diambil sudah sesuai standar atau belum.

Setelah tiga kali take, Nayato menghampiri kami. Dia menunjuk sebuah poster di dinding: Tarung (City of Darkness), yang baru tayang mulai tanggal 15 September lalu. “Film terbaru saya. Saya buat pakai hati. Sedikit,” ujarnya bercanda. Setelah itu ia harus berkutat membantu Tya Subiyakto dalam pembuatan film Kehormatan di Balik Kerudung. Dialog tersebut memantik percakapan kami dengan Nayato untuk tiga jam ke depan, yang diselingi oleh tiga kali syuting. Sepanjang tiga jam tersebut, ia bercerita tentang bagaimana dia selama ini membuat film, film seperti apa yang sebenarnya dia ingin buat, dan sejumlah kisah sepanjang kariernya yang produktif itu.
0
17.8K
58
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan