Ane ingin berbagi sedikit info nih buat para pebisnis fotografi (sebut saja bisnis Pre Wedding & Wedding).
Jadi ceritanya, ane pengen menjajal bisnis ini... Kenapa? Simpel aja, ane udah megang kamera sekitar 2 tahun, hanya sebatas hobi. Nah, baru saja kemarin ane mencoba untuk terjun di bisnis foto prewedd & wedding. Ane ubek-ubek info tentang wedding photography, dari yang dasar hingga yang paling memusingkan.
Sampe akhirnya, ane nemuin fotografer pro di salah satu web tempat ngumpul fotografer dan ane menemukan artikelnya tentang fotografi wedding.
Artikelnya sangat lengkap dan membuka wawasan pembacanya yang ingin terjun di bidang fotografi wedding ini, gan. ::
Langsung aja, gan...
Penulis : Leonardo Sandan
Dari artikel Distrix Photography, Widianto H Didiet. (Panutan ane di FN)
Spoiler for artikel:
Jasa Fotografi Digital Itu Mahal Ya ?
Demikianlah sebuah pertanyaan yang sudah tidak asing lagi bagi para pelaku usaha jasa Fotografi, yang kerap dilontarkan oleh calon konsumen saat bernegosiasi.
Untuk menjawabnya, mungkin akan lebih mengena jika pembaca saya ajak mengenal dunia bisnis Fotografi. Dengan sebagian menitikberatkan pada bidang yang sedang tren saat ini, Jasa Fotografi Acara/Event.
YANG DIPERHITUNGKAN DALAM MENENTUKAN HARGA JASA FOTOGRAFI
Setelah mengenal tipe pelaku Usaha, kini kita berbicara mengenai hal-hal yang menjadi modal utama Usaha Fotografi dan dampaknya pada harga Jasa yang harus dibayar oleh konsumen.
Setiap usaha tentunya memerlukan Modal. Semakin besar Modal yang dikeluarkan, semakin besar pula Laba yang diharapkan demi menutup Modal
Nah, apa saja yang harus diperhitungkan dalam dunia Jasa Fotografi ?
1. PENGALAMAN
Adalah modal utama yang harus dimiliki, yang berkaitan erat dengan KKTI.
Siapapun saat ini bisa belajar mengenai Prinsip Dasar Fotografi dimana saja. Kuliah Sarjana, Kursus Fotografi hingga sekedar nanya di Komunitas Fotografi.
Ditambah dengan harga peralatan Fotografi amatir yang sekarang ini semakin terjangkau, seolah melengkapii Booming Tren Fotografi selama 8 tahun terakhir ini.
Tapi seperti yang dikatakan oleh seorang Maestro Foto Indonesia,
"Sekolah adalah hanya langkah awal. Setinggi apapun gelar atau ilmu yang didapat, tetap hanya merupakan ilmu dasar Fotografi. Hanya bagaimana supaya Kamera bisa menghasilkan gambar yang pas. Tidak terlalu gelap (Under Exposure), tidak terlalu terang (Over Exposure), tidak terlalu miring, tidak terlalu burem dan lain-lain.
Sementara Konsep, Komposisi, Tehnik & Improvisasi (KKTI) adalah langkah lanjutan yang tidak bisa diajarkan oleh siapapun. Keempatnya hanya bisa didapat melalui Latihan & Pengalaman Mandiri".
Pengalaman. Adalah modal utama & termahal yang dimiliki oleh seorang Fotografer.
Maka tidak jarang ada Fotografer yang mematok harga tinggi untuk karyanya. Karena merupakan hasil dari mencari pengalaman bertahun-tahun bergelut di Fotografi.
Semakin berpengalaman seorang Fotografer, semakin mahir ia beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
Ketika menghadapi kendala, ia tidak akan bingung dan mahir berimprovisasi.
Kekurangan menjadi kelebihan, inilah yang menjadi perbedaan antara Pemula & Berpengalaman.
2. ALAT YANG MEMADAI
a. BODY KAMERA
Seperti pada judul tulisan ini, poin ini selalu menjadi perbincangan seru antara Penyedia Jasa & Konsumen.
Betul sekali kalau saat ini harga alat-alat Fotografi sangat terjangkau. Terlebih dengan kemajuan Teknologi Digital, yang menghilangkan ketergantungan sang Fotografer dalam menghitung jumlah film tersisa, seperti tahun-tahun dahulu.
Jika dulu kalau mau foto harus itung2an jumlah film, kini bisa dilakukan sekuatnya.
Kalo nyanggup bergaya sampe 500 shot, ya hayu aja...
Tapi kenapa koq harga Jasa Fotografi tetap mahal ?
Salah satu penyebabnya adalah ongkos Pemeliharaan Alat harus diperhitungkan.
Kamera Digital mempunyai kelemahan dalam soal umur, karena Mekanismenya digerakan secara Elektronik.
Sama seperti Komputer, Hape, Kalkulator dsb.
Belum lagi wilayah kerjanya yang kadang bersinggungan dengan alam. Masuk debu, kena ujan, tergoncang, suhu lembab dll, turut mempengaruhi umur komponen di dalamnya.
Berbeda dengan Kamera Analog, yang digerakan secara mekanik, umurnya lebih panjang dan tahan "banting". Apalagi jika dirawat dengan baik, dalam 20 tahun ke depan masih bisa dipake motret (asal media filmnya masih produksi aja...).
Umumnya kamera Digital SLR memiliki umur antara 100.000 - 200.000 shot (Shutter Count. Untuk Kamera Compact umurnya lebih pendek lagi, sekitar 50.000 shot).
Jika pemakaian sangat aktif, seperti pada Fotografi Pernikahan atau Dokumentasi Acara, kurang lebih umur maksimum tercapai dalam 2-3 tahun penggunaan.
Lebih dari itu, biasanya muncul penyakit yang cukup mempengaruhi kualitas Foto.
Dari sekedar susah njepret sampai Sensor Kamera yang protes minta pensiun...gambarnya jadi banyak warna aneh atau burem.
Sehingga wajar jika sang Fotografer harus bersiap menghadapi pilihan antara memperbaiki atau membeli Body Kamera (baru atau second) dalam jangka 2-3 tahun masa kerjanya.
Dan ini adalah Modal Abadi. Dalam arti akan selalu ada pengeluaran biaya untuk hal ini, selama ia mau berbisnis. Karena ketika kamera meninggal & tidak ada penggantinya, otomatis tidak ada pemasukan....yang bisa berujung dengan bangkrut.
Sering para Sepuh Bisnis memberi petuah, "Ketika memberikan harga, hitung 50%nya untuk Alat. Karena tanpa alat, bisnis kamu akan mati"
Contohnya, untuk sebuah Body kamera DSLR Semi-Pro saat ini berkisar antara 8 - 17 juta Rupiah.
Artinya, dalam 2-3 tahun harus sudah terkumpul 8-17 juta Rupiah hanya untuk persiapan mengganti Body lama. Bahkan kalau bisa lebih, supaya bisa meningkatkan kualitas (Tentunya kita tidak ingin membeli barang baru, tapi sejenis dengan barang lama yang kita punya).
Inilah salah satu poin penting dalam menentukan harga Jasa Fotografi.
b. LENSA
Lensa sudah pasti menentukan kualitas dari Foto yang dihasilkan. Harga tidak pernah bohong untuk benda yang satu ini.
Meski saya tidak menyangkal, bahwa hanya dengan lensa Kit/bawaan saja kita sudah bisa menghasilkan Foto yang bagus. Namun dalam kondisi tertentu kita membutuhkan Lensa berkualitas Primer untuk menangkap gambar yang diinginkan.
Deep Macro/Micro, Deep DOF, Perspective dan Steady Exposure adalah beberapa contoh tehnik Fotografi yang sulit dihasilkan dari Lensa Kit biasa. Diperlukan Lensa khusus, yang tentunya memerlukan lebih banyak Rupiah untuk menebusnya.
Nah, berarti kembali lagi harus menyisihkan sekian persen dari "Pendapatan" untuk tujuan ini dan untuk siap-siap seandainya si Lensa perlu "Opname" karena Jamur, Baret, Mogok Kerja dan lain sebagainya.
c. ASESORIS LAIN
Dibutuhkan juga Asesoris tambahan demi menunjang proses pengambilan yang baik & benar.
Seperti Flash Tambahan/Lampu Blitz, sangat signifikan untuk proses foto dalam ruangan atau cahaya redup.
Saya tidak terlalu menitikberatkan pada poin ini. Karena untuk memenuhi kebutuhan akan Asesoris ini, kadang tidak diperlukan barang yang "bermerk".
Dengan merk "miring-miring" atau alat ciptaan sendiri pun masih bisa dihasilkan foto yang baik.
Namun tentu saja biaya penggunaannya juga harus diperhitungkan.
Misalnya foto untuk Profil Perusahaan, tentunya memerlukan perangkat Cahaya tambahan yang lebih dari sekedar lampu Blitz biasa.
Jika tidak punya, maka menyewa. Jika menyewa, maka kudu bayar. Dan akhirnya, termasuk dalam biaya modal awal.. ^^
3. PRODUKSI
a. KONSEP DAN TEMA
Umumnya fotografer yang baik, akan mencari konsep yang disesuaikan dengan karakter dari pasangannya bukan sekedar menuruti keinginan klien. Pengenalan terhadap karakter sangat ditentukan dari pengalaman fotografer yang harus bisa melihat karakteristik baik sifat ataupun fisik dari pasangan.
Seorang fotografer tentunya akan dapat membayangkan hasil akhir dari karyanya, dan untuk mencapai hasil seperti yang diinginkan diperlukan kesesuaian tema dan konsep dengan karakteristik dari pasangan pengantin. Semakin tinggi pengalaman seorang fotografer, akan semakin mudah dia untuk dapat melihat karakter dari pasangan hingga menentukan konsep yang baik akan lebih cepat dimana konsep ini disesuaikan dengan karakter ataupun kondisi fisik pasangan.
Konsep sendiri turut menyumbang dalam menentukan jumlah biaya yang harus dikeluarkan dalam produksi foto.
Semakin rumit Konsep yang diminta, semakin banyak Property yang diperlukan.
Misalnya, foto yang berkonsep mengenai Pilot Pesawat Komersil, tentu memerlukan biaya yang lebih mahal dari foto Pembalap Sepeda.
Kira-kira demikianlah uraian saya mengenai dunia bisnis Fotografi Digital.
Di balik kemudahannya, ternyata tersimpan sejumlah kerumitan.
Namun bukan berarti bahwa untuk bisa mendapatkan Jasa Fotografi bagus harus mempersiapkan biaya mahal.
Hanya saja dalam poin tertentu, kita tidak bisa menutup mata pada kenyataan korelasi antara Modal yang dikeluarkan dengan Hasil yang didapat.
Semakin tertarik terjun di bisnis ini?
Jangan di tapi di aja, gan...
( Untuk lebih lengkapnya silakan mampir ke yang punya blog )