- Beranda
- Komunitas
- Story
- B-Log Collections
Dieng The Little Tibet


TS
garayy
Dieng The Little Tibet
Quote:
Kawah purba Gunung Prahu yang sekarang menjadi pemukiman penduduk ini merupakan dataran tertinggi kedua yang dihuni manusia setelah Tibet
Quote:
Spoiler for dieng:

Spoiler for dieng:
Lukisan Raden Saleh


Preambule
Quote:
Geografis
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua didunia setelah Tibet / Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa.
Dieng terletak pada posisi geografis 7 12 Lintang Selatan dan 109 54 Bujur Timur,
berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl.
Secara administrativ, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.
Dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Hingga tahun 1990-an wilayah ini tidak terjangkau listrik dan merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Letaknya yang juga berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa.
Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut.
Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 1520 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari.
Pada musim kemarau (Juli dan Agustus),
suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun")
karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari :
Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil. Kunir dan Prambanan.
Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas,
Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.
Etimologi
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa).
Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.
Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600 Masehi
daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia.
Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara
Geologi
Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat sebuah gunung berapi.
Dengan demikian kondisi geologisnya samapai sekarang masih relative labil bahkan sering terjadi gerakan-geraka tanah.
Beberapa bukti menunjukan hal tsb adalah, peristiwa hilangnya Desa Legetang,
terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo
maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya,
seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya.
Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya.
Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979.
Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi,
letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan.
Secara biologi,
aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah
beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.
Hidrologi
Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu
dengan sumber dari Bisma Lukar yang merupakan hulu dari kali Tulis dgn sumber air dati kaki Gunung Perahu
Sumber-sumber air di Kawasan Dataran Tinggi Dieng banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kawasan utuk pengairan areal pertanian.
Manusia dan Alam
Sumber Daya Manusia (penduduk) di Kawasan Dataran Tinggi Dieng berjurnlah 1.562.004 orang yang menempati areal kawasan seluas ± 1027.21 KM.
Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdiri dari Suku lawa Pegunungan,
yang pada umumnya merupakan memeluk agarna Islam yang patuh dan taat.
Meskipun demikian, mereka tidak menutup diri terhadap pengaruh modernisasi dalam kehidupan sehari hari,
hanya mereka masih segan untuk melepaskan cara hidup tradisional seperti dalam acara adat Perkimpoian dan Khitanan.
Sedang letak astronomis ada pada sekitar 7,20º Lintang Selatan dan 109,92 º Bujur Timur dan pada ketinggian ketinggian ± 2.095m dpa.
Mungkin kalau pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92.
Sebagian besar pendudluk Kawasan Dataran Tinggi Dieng hidup dari hasil pertaniannya.
Namun demikian karena pesatnya kemajuan dalam perekonomian sekarang ini,
maka sebagian dari mereka sudah mengalihkan mata pencaharian ke bidang lain seperti bidang
perdagangan atau kepegawaian sebagai karyawan di Kantor kantor Pernerintahan.
Dengan meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan asing di Kawasan Dataran Tinggi Dieng,
maka pada umumnya penduduk di sekitar daerah wisata ini mendapat keuntungan
/ penghasilan tambahan dari hasil pertanian ataupun bekerja pada perusahaan perusahaan yang melayani kepentingan wisatawan tersebut,
seperti misalnya bekerja di hotel hotel, restoran dan lain-lain.
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua didunia setelah Tibet / Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa.
Dieng terletak pada posisi geografis 7 12 Lintang Selatan dan 109 54 Bujur Timur,
berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl.
Secara administrativ, Dieng mencakup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.
Dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Hingga tahun 1990-an wilayah ini tidak terjangkau listrik dan merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Letaknya yang juga berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa.
Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut.
Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 1520 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari.
Pada musim kemarau (Juli dan Agustus),
suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun")
karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung berapi dengan kerucut-kerucutnya terdiri dari :
Bisma, Seroja, Binem, Pangonan Merdada, Pagerkandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil. Kunir dan Prambanan.
Lapangan fumarola terdiri atas Kawah Sikidang, kawah Kumbang, kawah Sibanteng, Kawah Upas,
Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah Sipandu, Kawah Siglagah dan Kawah Sileri.
Etimologi
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa).
Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.
Nama Dieng berasal dari bahasa Sunda karena diperkirakan pada masa pra-Medang sekitar tahun 600 Masehi
daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.
Ditengah-tengah dataran tinggi Dieng dahulu terdapat tempat pemujaan dan asrama pendidikan Hindu tertua di Indonesia.
Sebagai bangunan suci tersebut sampai sekarang dapat kita saksikan dengan adanya candi beserta puing-puing bekas Vihara
Geologi
Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah plateu yang terjadi karena letusan dasyat sebuah gunung berapi.
Dengan demikian kondisi geologisnya samapai sekarang masih relative labil bahkan sering terjadi gerakan-geraka tanah.
Beberapa bukti menunjukan hal tsb adalah, peristiwa hilangnya Desa Legetang,
terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Sukoharjo Ngadirejo
maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun seperti peristiwa Sinila.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya,
seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya.
Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya.
Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979.
Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi,
letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Selain kawah, terdapat pula danau-danau vulkanik yang berisi air bercampur belerang sehingga memiliki warna khas kuning kehijauan.
Secara biologi,
aktivitas vulkanik di Dieng menarik karena ditemukan di air-air panas di dekat kawah
beberapa spesies bakteri termofilik ("suka panas") yang dapat dipakai untuk menyingkap kehidupan awal di bumi.
Hidrologi
Di Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdapat sumber mata air yang merupakan hulu dari Kali Serayu
dengan sumber dari Bisma Lukar yang merupakan hulu dari kali Tulis dgn sumber air dati kaki Gunung Perahu
Sumber-sumber air di Kawasan Dataran Tinggi Dieng banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar kawasan utuk pengairan areal pertanian.
Manusia dan Alam
Sumber Daya Manusia (penduduk) di Kawasan Dataran Tinggi Dieng berjurnlah 1.562.004 orang yang menempati areal kawasan seluas ± 1027.21 KM.
Sebagian besar penduduk Kawasan Dataran Tinggi Dieng terdiri dari Suku lawa Pegunungan,
yang pada umumnya merupakan memeluk agarna Islam yang patuh dan taat.
Meskipun demikian, mereka tidak menutup diri terhadap pengaruh modernisasi dalam kehidupan sehari hari,
hanya mereka masih segan untuk melepaskan cara hidup tradisional seperti dalam acara adat Perkimpoian dan Khitanan.
Sedang letak astronomis ada pada sekitar 7,20º Lintang Selatan dan 109,92 º Bujur Timur dan pada ketinggian ketinggian ± 2.095m dpa.
Mungkin kalau pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92.
Sebagian besar pendudluk Kawasan Dataran Tinggi Dieng hidup dari hasil pertaniannya.
Namun demikian karena pesatnya kemajuan dalam perekonomian sekarang ini,
maka sebagian dari mereka sudah mengalihkan mata pencaharian ke bidang lain seperti bidang
perdagangan atau kepegawaian sebagai karyawan di Kantor kantor Pernerintahan.
Dengan meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan domestik dan wisatawan asing di Kawasan Dataran Tinggi Dieng,
maka pada umumnya penduduk di sekitar daerah wisata ini mendapat keuntungan
/ penghasilan tambahan dari hasil pertanian ataupun bekerja pada perusahaan perusahaan yang melayani kepentingan wisatawan tersebut,
seperti misalnya bekerja di hotel hotel, restoran dan lain-lain.
Obyek Wisata
Quote:
Candi
Berdasarkan temuan Prasasti Situs Dieng diperkirakan dibangun abad VII XIII Masehi.
Sebagai kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa ( istri Syiwa ).
Dilihat dari 21 bangunan, situs Dieng dibagi menjadi 5 kelompok.
Empat kelompok merupakan bangunan ceremonial Site ( tempat pemujaan ) yaitu :
Kelompok Candi Arjuna ( Pendawa 5 )
Kelompok Candi Gatut Kaca
Kelompok Candi Bhima
Kelompok Candi Dwarawati / Parikesit
Kelompok Candi Magersari
Kompleks Candi Arjunaterdiri dari 5 candi.
Deret sebelah timur adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Putadewa dan Candi Sembadra.
Berhadapan dengan Candi Arjuna adalah Candi Semar yang terletak sendiri di sebelah barat.
Pada candi-candi tersebut digambarkan dewa-dewa pendamping Dewa Siwa.
Hanya di candi Srikandi terdapat gambar Dewa Brahma, Siwa dan Wisnu.
Candi Gatotkaca terletak di kaki bukit Pangonan (Bukit tempat penggembalaan)
terdapat Makara yang khas berupa wajah raksasa yang menyeringai tanpa rahang bawah.
Candi Bhima mempunyai penampilan yang khas,
pada bagian atapnya mirip dengan bentuk Shikara seperti mangkuk yang ditelungkupkan.
Candi Dworowati terletak di utara dan didirikan di Bukit Perahu dengan ukuran 5m x 4m dan tinggi 6m
Dan beberapa candi lain :
Candi Semar
Candi Sembadra
Candi Srikandi
Candi Setyaki
Berdasarkan temuan Prasasti Situs Dieng diperkirakan dibangun abad VII XIII Masehi.
Sebagai kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa ( istri Syiwa ).
Dilihat dari 21 bangunan, situs Dieng dibagi menjadi 5 kelompok.
Empat kelompok merupakan bangunan ceremonial Site ( tempat pemujaan ) yaitu :
Kelompok Candi Arjuna ( Pendawa 5 )
Kelompok Candi Gatut Kaca
Kelompok Candi Bhima
Kelompok Candi Dwarawati / Parikesit
Kelompok Candi Magersari
Kompleks Candi Arjunaterdiri dari 5 candi.
Deret sebelah timur adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Putadewa dan Candi Sembadra.
Berhadapan dengan Candi Arjuna adalah Candi Semar yang terletak sendiri di sebelah barat.
Pada candi-candi tersebut digambarkan dewa-dewa pendamping Dewa Siwa.
Hanya di candi Srikandi terdapat gambar Dewa Brahma, Siwa dan Wisnu.
Candi Gatotkaca terletak di kaki bukit Pangonan (Bukit tempat penggembalaan)
terdapat Makara yang khas berupa wajah raksasa yang menyeringai tanpa rahang bawah.
Candi Bhima mempunyai penampilan yang khas,
pada bagian atapnya mirip dengan bentuk Shikara seperti mangkuk yang ditelungkupkan.
Candi Dworowati terletak di utara dan didirikan di Bukit Perahu dengan ukuran 5m x 4m dan tinggi 6m
Dan beberapa candi lain :
Candi Semar
Candi Sembadra
Candi Srikandi
Candi Setyaki
Quote:
Telaga
1 . Telaga Merdada
Telaga Merdada dahulumerupakankepundan (kawah gunung berapi yang kemudian terisi air hujan)
air dari telaga itu dapat dipergunakan untuk kebutuhan penduuduk Desa Karang Tengah
2. Telaga Sewiwi
Telaga ini bukan merupakan bekas kawah melainkan pemunculan air tanah dari bukit bukit sekitarnya ditambah air hujan,
sehingga terjadilah telaga.
3.Telaga Balekambang
Terletak di Kompleks Candi Pendowo, untuk menghindari bahaya banjir yang dapat merusak candi candi,
penduduk membuat saluran pembuangan air kesungai Dolok.
Saluran tersebut diberi nama Gangsiran Aswatama.
4. Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Kedua telaga ini dulu merupakan satu telaga saja, karena terbendungnya Sungai Tulis oleh lava,
maka telaga tersebut terpisahkan menjadi dua sampai sekarang.
Telaga ini juga telaga yang paling ramai dikunjungi karena letaknya yang strategis.
5. Telaga Dringo
Nama Dringo didapat dari tumbuhnya dringo di sekeliling telaga tanpa ditanam orang.
Telaga itu juga merupakan bekas kawah yang meletus pada tahun 1786.
Terletak di desa Pekasiran, dan langsung berbatasan dengan desa wonopriyo kecamatan Blado kabupaten Batang,
sejalur dengan kawah candradimuka.
6. Telaga Cebong
Telaga ini merupakan cekungan dikelilingi oleh perbukitan.
Air tanah bukit bukit itumengisi cekungan tersebut.
Air telaga digunakan untuk keperluan sehari hari oleh penduduk Sembungan.
7. Telaga Menjer
Merupakan telaga alam terluas di Kabupaten Wonosobo.
Berada di ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut, dengan luas 70 Ha dan kedalaman 45 meter.
Telaga Menjer terletak didesa Maron Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo 12 km sebelah utara kota Wonosobo.
1 . Telaga Merdada
Telaga Merdada dahulumerupakankepundan (kawah gunung berapi yang kemudian terisi air hujan)
air dari telaga itu dapat dipergunakan untuk kebutuhan penduuduk Desa Karang Tengah
2. Telaga Sewiwi
Telaga ini bukan merupakan bekas kawah melainkan pemunculan air tanah dari bukit bukit sekitarnya ditambah air hujan,
sehingga terjadilah telaga.
3.Telaga Balekambang
Terletak di Kompleks Candi Pendowo, untuk menghindari bahaya banjir yang dapat merusak candi candi,
penduduk membuat saluran pembuangan air kesungai Dolok.
Saluran tersebut diberi nama Gangsiran Aswatama.
4. Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Kedua telaga ini dulu merupakan satu telaga saja, karena terbendungnya Sungai Tulis oleh lava,
maka telaga tersebut terpisahkan menjadi dua sampai sekarang.
Telaga ini juga telaga yang paling ramai dikunjungi karena letaknya yang strategis.
5. Telaga Dringo
Nama Dringo didapat dari tumbuhnya dringo di sekeliling telaga tanpa ditanam orang.
Telaga itu juga merupakan bekas kawah yang meletus pada tahun 1786.
Terletak di desa Pekasiran, dan langsung berbatasan dengan desa wonopriyo kecamatan Blado kabupaten Batang,
sejalur dengan kawah candradimuka.
6. Telaga Cebong
Telaga ini merupakan cekungan dikelilingi oleh perbukitan.
Air tanah bukit bukit itumengisi cekungan tersebut.
Air telaga digunakan untuk keperluan sehari hari oleh penduduk Sembungan.
7. Telaga Menjer
Merupakan telaga alam terluas di Kabupaten Wonosobo.
Berada di ketinggian 1300 meter diatas permukaan laut, dengan luas 70 Ha dan kedalaman 45 meter.
Telaga Menjer terletak didesa Maron Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo 12 km sebelah utara kota Wonosobo.
Quote:
0
19.9K
Kutip
441
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan